- Cek, apakah kebutuhan dasarnya terpenuhi. Ingat bahwa menangis adalah bentuk komunikasi dan anak usia ini masih mengembangkan kesadaran dirinya pada tingkat yang paling dasar, yang memengaruhi kapasitas mentalnya. Pastikan kebutuhan dasar anak terpenuhi. Anak lapar, lelah dan mengantuk mudah menangis.
- Hindari kalimat perintah untuk menghentikan tangis, karena takkan berhasil. Tempatkan diri sejajar dengan anak, tatap matanya, letakkan tangan di bahunya . Ajukan pertanyaan terbuka mengapa dia menangis saat disuruh mandi. Terkadang bukan soal disuruh mandi yang memicu anak menangis. Bisa saja, dia sebetulnya ingin dipeluk, atau kelelahan. Bila tujuan Anda semula memintanya mandi, peluk dan gendong anak ke kamar mandi. Jelaskan bahwa mandi akan membuatnya lebih segar.
- Pelajari dan tandai, apakah anak menangis untuk memanipulasi atau memelajari perilaku Anda. Ingat kembali, apakah anak selalu menangis bila keinginannya tak dipenuhi. Tolak tangisan manipulatifnya, tinggalkan dia sendiri. Jangan pernah kembali bila tangisnya berlanjut sebagai pembenaran perilakunya. Kembalilah pada anak bila tangisnya berhenti agar dia paham bahwa percuma saja dia mengulang perilakunya.
- Terapkan gaya hidup sehat dengan mengenalkan anak pada keteraturan. Kenalkan makanan sehat, penuhi kebutuhan buah-buahan dan makanan camilan untuk menambah energinya yang selalu terpakai untuk bergerak. Pantau, apakah istirahatnya sepadan dengan kelincahannya. Istirahat cukup bisa mereduksi kelelahan yang memicu tangisannya. Luangkan waktu untuk duduk berduaan, mendongeng atau membaca buku menjelang jam tidurnya agar anak beranjak tidur dengan pikiran tenang dan santai.
- Buat gambar wajah. Gunakan piring kertas, gambarlah satu wajah menangis dan satu gambar wajah tersenyum. Untuk mengurangi tangisnya, minta anak mengambil gambar wajah sedih ketika dia sedih dan ambil gambar wajah senang ketika dia gembira. Sehingga Anda bisa lebih cepat menanggapi, bila dia mengambil gambar wajah sedih. Intervensi yang lebih cepat, bisa mencegah anak menangis.
- Terimalah perasaannya dengan berkata, “Bunda tahu kamu sedih, karena tidak boleh nuang jus ke lantai. Boleh nangis, tapi kamu tetap tidak boleh menuang jusmu di lantai.“ Ijinkan dia punya perasaan apapun, tapi Anda tetap harus tegas dengan aturan. Kalau dia tetap menangis, katakan "Ya sudah, kalau kamu memang ingin nangis. Kalau sudah selesai kasih tahu Bunda, karena Bunda ingin tahu.” Teknik ini untuk menolak tangisnya. Selama Anda yakin dia aman, biarkan dia sejenak, karena dia butuh melepaskan emosinya.
- Minta dia mengatakan apa yang ingin dia katakan. Di usia ini anak tidak selalu punya kemampuan untuk menyampaikan pikirannya. Bantu dengan bertanya, “Sayang, kenapa kamu menangis?” Atau, “Sayang, kasih tahu Bunda, kamu mau apa?” Anda bisa terkejut, karena keinginannya kadang-kadang hanya sepele, misalnya “Aku mau krupuk,” tapi dia menangis karena Anda menyuruhnya mandi.
- Bunda dan ayah harus kompak. Saat Bunda mendisiplinkan anak, ayah wajib mendukung. Bila salah satu mengalah pada tuntutannya, ia akan mencoba mamanipulasi salah satu orangtuanya. Dengan demikian anak belajar membangun perilaku yang baik. (me)
Cara Mengahadapi Anak yang selalu menangis
Apapun larangan yang Anda berikan, anak langsung menangis. Balita 2-3
tahun memang sensitif dan tidak suka mendengar kata “jangan” atau “tidak
boleh.” Bantu anak mengurangi tangisnya dengan ini: