Sebenarnya Manusia adalah Makhluk Egois

SIFAT EGO
Dalam berinteraksi dengan orang lain, di sekitar kita banyak terdapat beraneka ragam type, karakter, kepribadian manusia yang memberikan warna tersendiri dalam kehidupan ini. Ketika berinteraksi itu tak jarang terjadi gesekan yang bisa membuat salah satu atau semua pihak merasa tersakiti. Efeknya dapat menimbulkan rasa kecewa, kesal dan marah. Hal ini mungkin disebabkan karena ucapan, tulisan atau perbuatan kita yang bagi orang lain serasa telah menyinggung.

Pada saat seseorang merasa tersakiti atau kecewa, bisa saja seketika itu juga dia bisa memaafkan orang yang menyakitinya, namun belum tentu dia bisa melupakan (secara langsung) kejadian itu. Seperti kata petuah bijak, "Berbuat kebaikan itu bagaikan guyuran hujan disaat kemarau, segarnya bisa dirasakan oleh semua orang. Namun berbuat keburukan ibarat menancapkan paku pada sebuah kayu, andai sudah dicabut pakunya tapi bekasnya akan selalu ada."

Pada dasarnya manusia itu merupakan makhluk yang egois. Ini sudah dijelaskan oleh berbagai ilmu pengetahuan, yang antara lain:


  1. Berdasarkan ilmu Perkembangan, sifat egois sudah ada dari kita masih balita yaitu egocentrism. Egocentrism adalah tingkah laku anak yang tidak dapat menempatkan dirinya di posisi orang lain. Misalnya: Ingin selalu diperhatikan, pendapatnya harus bisa diterima, mengharap orang lain memahami dirinya padahal dirinya tidak pernah mau memahami orang lain.

  2. Berdasarkan ilmu Antropologi, setiap manusia memang bersifat antroposentris, yakni melakukan sesuatu yang didasarkan pada kepentingan dirinya. Misalnya: Orang melakukan sesuatu karena ingin memenuhi kebutuhan dan memuaskan diri dengan apa yang disukai. Dia berhubungan dengan orang lain untuk mewujudkan apa yang menjadi keinginannya. Manusia disebut makhluk sosial adalah karena sama-sama tidak bisa memenuhi kebutuhannya sendiri, tapi membutuhkan orang lain.

  3. Menurut Sigmund Freud manusia memiliki struktur kepribadian yang dibagi menjadi tiga (3), yaitu id, ego, dan superego.
    • Id adalah keinginan paling liar yang dimiliki setiap orang (makan, minum, sex).
    • Superego adalah norma-norma di luar diri kita.
    • Ego adalah diri kita yang bersifat memutuskan, apakah kita lebih memilih id atau ego dan bagaimana id bisa terpuaskan dengan tetap memperhitungkan superego.
    Ketika seseorang terlalu mementingkan id-nya, maka orang tersebut menjadi orang yg menghalalkan segala cara demi memenuhi kebutuhannya. Frued menyebut orang seperti ini sebagai idish (mementingkan id-nya) dan kita biasa menyebutnya egois.

Sifat egois ada yang positif dan ada juga yang negatif. Beberapa contoh sifat egois yang positif dan negatif seperti dibawah ini:

Sifat Egois yang Positif
  • Terlalu ingin melindungi orang yang penting didalam hidup kita demi keselamatannya.
  • Suka mengatur untuk kebaikan.
  • Tidak suka melihat hal-hal yang tidak baik.
  • Selalu berusaha dan pantang menyerah walaupun sering mengalami kegagalan.
  • Membantah untuk sesuatu yang tidak baik dan berdampak buruk.

Sifat Egois yang Negatif
  • Merasa diri selalu benar dan hebat.
  • Suka membantah bila dinasehati yang baik.
  • Gaya hidup yang terlalu bebas tanpa aturan dan orang lain tidak berhak melarang.
  • Memuaskan diri sendiri dengan merugikan orang lain.
  • Tidak perduli dengan orang-orang dan lingkungan disekelilingnya.

Sifat egois yang positif akan memberikan dampak keselamatan, kesuksesan, kasih sayang, kepedulian terhadap orang lain dan kepekaan dengan lingkungan. Sementara sifat egois yang negatif akan memberikan dampak musibah, bencana, permusuhan, pertengkaran, kriminalitas, dan pasti akan ditinggalkan oleh orang-orang terdekat serta lingkungan.

Sebagai insan yang memiliki kebebasan, kita berhak untuk memilih. Apakah ingin dikendalikan oleh ego kita? Ataukah akan menjadi pengendali dari ego kita sendiri? Tentunya semua akan ada dampak tersendiri yang akan kita rasakan. Jika bisa menjadi raja atas ego sendiri, mengapa harus menjadi budak? Pilihan... ada di tangan kita...

Sumber :  http://arie5758.blogspot.co.id/2012/01/pada-dasarnya-manusia-adalah-makhluk.html#axzz4NzbbY3KT